Powered By Blogger

Rabu, 14 April 2010

Prameks dan Ketepatan Waktu: Sebuah Catatan Kecil Penumpang Prameks

Beberapa bulan yang lalu, saya melakukan perjalanan balik menuju Jogja, tempat saya saat ini menuntut ilmu. Ya..seperti kebanyakan orang-orang Solo yang belajar di sini, Prameks adalah alternatif transportasi terbaik yang banyak mereka harapkan. Selain biayanya yang bisa dibilang terjangkau, waktu tempuhnya pun bisa dibilang cukup cepat apabila dibandingkan dengan sepeda motor bahkan bus sekalipun (untuk masalah bus, banyak teman yang berkata perjalanan bahkan bisa mencapai dua jam!) Tidak jarang ada yang mengatakan, mahasiswa Solo yang belajar di Yogyakarta selalu identik dengan Prameks. Sayang seribu sayang, harapan besar yang ditaruh pada alat transportasi tersebut rasanya kurang didukung dengan adanya sumber daya manusia yang siap menanggulangi segala macam gangguan. Saya di sini bukannya mau menjelek-jelekkan PT KAI maupun pihak-pihak lain yang terlibat. Namun, rasanya tulisan ini dapat menggugah kesadaran kita terhadap masyarakat Solo pada khususnya yang sering menggunakan alat transportasi ini, dan para pembaca pada umumnya supaya dapat menambah sedikit wawasan. OK..Langsung saja saya mulai cerita saya!

Waktu menunjukkan pukul 16.05. Suara dari speaker stasiun memerintah para penumpang KA Prameks tujuan Yogyakarta untuk segera bersiap di jalur 1. Saya dan penumpang lain pun segera masuk dan mencari tempat duduk yang sekiranya masih kosong. Alhamdulillah!! Masih ada rupanya. Langsung saja saya tempati tempat duduk tersebut. Lama saya menunggu...kok belum berangkat juga? Wah ada apa ini? Hemh..setelah saya lihat kereta di samping saya yang masih saja nge-tem di situ (nama keretanya kurang begitu saya perhatikan) saya pun jadi paham. Wah, lagi-lagi karena masalah kecil, perjalanan yang lain pun jadi tertunda! Saya agak hiperbola ya? Tapi, saya berkata demikian karena saya juga cukup sering dikecewakan oleh kereta ini.

Kurang lebih saya pernah dikecewakan oleh Prameks sebanyak dua kali. Sebenarnya sih, lebih dari itu. Namun "kasus" terbesar yang saya ingat ada dua. Pertama adalah sewaktu kerusakan teknis yang mempunyai dampak cukup banyak. Pertama, kereta tertahan di daerah Klaten yang menyebabkan jadwal kedatangan di stasiun Balapan jadi terhambat. Ya....untungnya waktu itu tidak ada jam kuliah. Kasus kedua adalah kereta Prameks yang berhenti sangaaaaat lama karena kerusakan ban. Nah, kasus kedua inilah yang mempunyai dampak yang cukup besar bagi saya. Sebelum menuju ke dampak, saya ceritakan dahulu kronologisnya. Waktu itu, Prameks memiliki masalah dengan roda keretanya. Di sinilah keluh kesah mulai mengalir dari mulut mereka, ya..termasuk saya juga sih. Para penumpang harus menunggu kurang lebih satu jam sampai kereta benar-benar pulih. Singkat kata, perjalanan pun berlanjut. Tapi, tunggu dulu! Rupanya mogok masih menghantui Prameks begitu masuk Stasiun Maguwo. HAHHHH!!!!!! Ah.saya benar-benar kebingungan mengungkapkan rasa yang ada di dalam diri saya waktu itu. Karena keterlambatan "luar biasa" tersebut, kerja kelompok yang sudah saya rencanakan pun jadi tertunda kurang lebih setengah jam lebih.
Kalau mengingat kejadian-kejadian seperti itu, pikiran saya langsung mengarah pada sistem perkeretaapian di luar negeri (maklum, beginilah pemikiran seorang yang suka membanding-bandingkan banyak hal. Namun, hal ini semata-mata hanya untuk bahan pembelajaran kok!) Kata teman-teman yang pernah mencicipi naik kereta di Jepang, mereka tak perlu merasa kesal karena keterlambatan jadwal kedatangan kereta yang mungkin menjadi pemandangan lumrah di sini. Segalanya sudah tertata dengan rapi. Hal yang dibutuhkan penumpang hanyalah waktu kedatangan dirinya yang sebaiknya jangan terlalu mepet dengan jadwal kereta. Kalau tidak, jangan harap kereta akan memberi toleransi lebih untuk menunggu anda! Kelihatannya ketat ya? Tapi justru hal kecil ini akan membuat segala hal menjadi lancar, terutama apabila kita mempunyai acara di luar kota.

Tidak berlebihanlah apabila saya mengatakan bahwa hal kecil semacam ketepatan jadwal kereta ini adalah sebuah cerminan masyarakat dalam menjalankan kesehariannya. Mari kita lihat fenomena-fenomena seperti ini, tidak perlu sampai ke taraf acara konser, pelayanan publik, dan sebagainya. Ketika anda dan kelompok belajar anda sepakat untuk melakukan pertemuan katakanlah jam 9 pagi. Berapa banyak dari anda yang mampu datang jam 9 pas? Saya, sekali lagi, hanya berupaya untuk menangkap dan menyampaikan apa yang biasa terjadi di lingkungan kita. Beberapa dari anda pasti ada yang beralasan "yah...saya kan disuruh ibu untuk...." atau "aduh..saya beli bensin dulu". Berkali-kali kalimat ini terucap di mulut orang. Sehingga, menurut saya, hal ini akan membentuk sebuah kebiasaan dimana orang akan menjadi biasa dengan "kemoloran" tersebut. Karena budaya "kemoloran" tersebut sudah dianggap lumrah, orang pun menjadi malas untuk menerapkan budaya "on-time" ini. Bahasa gampanya, "orang lain saja tidak on time, ngappain saya harus tepat waktu? Toh nanti saya juga buang-buang waktu di sana!" Saya juga cukup sering mengalami hal ini. Jujur, saya pun lama-lama menjadi agak malas apabila mendatangi sebuah acara tepat pada waktunya. Namun, untunglah hal tersebut tidak sering saya lakukan.

So, apa yang harus diubah dari sistem perkeretaapian kita? SDM adalah jawaban mutlaknya! Karena walaupun sistem sudah dibangun sedemikian bagusnya, kalau tidak didukung dengan SDM yang mempunyai kualitas nilai yang baik, ya..apa gunanya? Rasanya hal yang sangat sulit dilakukan oleh perkeretaapian kita dan mungkin diri kita adalah "follow the rules". Entah mengapa selalu saja ada hal yang menghambat kita untuk melakukan ketiga kata ini. Namun, selama kita percaya bahwa menaati hal yang telah disepakati bersama akan menguntungkan kita, maka secara tidak langsung kita telah mencoba untuk menjadi lebih baik. Dengan kata lain, ini adalah upaya untuk meningkatkan SDM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar