Powered By Blogger

Senin, 14 April 2014

Tenggelam dalam Lautan Fiksi (Part II: Those Who Never Fails to Amuse Me)

Selain game, film adalah teman fiktif kedua ku kalau lagi sendirian. Aku pribadi sebenarnya ga mempermasalahkan siapa yang membuat/ memerankan film tersebut. Selama jalan ceritanya enak diikuti, so pasti aku tonton. Nah, kalau bicara soal preference, aku punya empat sutradara (ga semuanya full sutradara, ada juga yang ngerangkap posisi lain seperti chara design) yang entah kenapa selalu berhasil bikin aku gampang notice ciri khas masing-masing. Berikut ini sutradara yang dimaksud plus gaya khas bikin film nya: 

1. Quentin Tarantino

Sebagian besar orang sudah ga asing sama saga Kill Bill Vol 1 dan 2. Sutradara asal Tennessee, Amrik ini sebenarnya ga cuma dikenal berkat aksi seorang Beatrix Kiddo dalam membalaskan dendamnya terhadap mantan pacarnya ini doang lho! Jauh sebelum Kill Bill, Quentin Tarantino udah bikin film-film dengan alur dan gaya cerita yang nyeleneh, seperti Reservoir Dogs, Pulp Fiction, dan Jackie Brown. Dari segi pemilihan tema, Quentin Tarantino bukanlah sutradara yang suka membuat dunia yang terlampau fiktif; everything that happens/ happened around us is more than enough. Dengan sentuhan emasnya, dia bisa membuat jalan cerita yang unik, bahkan diluar nalar orang pada umumnya, seperti seorang stunt driver yang ternyata adalah pembunuh dalam Death Proof. Oh ya, komedi satir plus segmentasi film ke dalam beberapa chapter adalah ciri khas doi di beberapa filmnya. 

So, kata kunci buat sutradara berusia 51 tahun ini adalah: unusual plot

2. Mamoru Oshii
Sebenernya aku ga terlalu tahu ciri khas sutradara ini kalau dia ga team up sama Kenji Kawai sebagai music composer nya. Film pertama yang aku tonton adalah Patlabor the Movie. Kesan yang aku tonton pas nonton film nya benar-benar beda sama apa yang aku dapat dari serial tv nya; suasana cerita bener-bener, how should I put it, semi-dark, relaxing, dan ketegangan cerita yang dibangun secara perlahan-lahan. Ga cuma Patlabor aja, film-film lain seperti Ghost in the Shell, Jin Roh, dan Assault Girls pun seolah punya nuansa yang sama, meskipun tema dan setting ketiga film tersebut jauh berbeda. Mamoru Oshii berusaha menampilkan unsur realisme yang dipadu dengan imajinasi dalam karya-karyanya. 

Kata kunci buat menggambarkan salah satu sutradara anime veteran ini adalah: atmosphere making


3. Shotaro Ishinomori
Bisa dibilang, beliau adalah salah satu mangaka generasi awal yang cukup berpengaruh hingga saat ini. Shotaro Ishinomori terkenal lewat karya-karya legendaris seperti Cyborg 009 dan Kamen Rider. Dua judul tersebut sebenarnya sudah bisa merepresentasikan ciri khas dari karya-karya beliau; manusia dengan kekuatan super. Tengok saja karya-karya lainnya seperti Inazuman dan Kikaider yang kental akan nuansa rekayasa teknologi. Musuh dari sang jagoan utama kebanyakan berwujud organisasi rahasia dengan tujuan utama yang masih cukup absurd di awal-awal cerita, sehingga menciptakan kesan horor juga mewarnai di hampir semua karyanya, seperti di Skull Man. Oh ya 1 lagi, most heroes wear scarf!

Ga berlebihan rasanya kalau kata kunci yang tepat buat Shotaro Ishinomori adalah: realm making

4. Keita Amemiya
Jauh sebelum Garo, beberapa dari kita udah pernah nonton Choujin Sentai Jetman di TV. Keita Amemiya berhasil bikin serial sentai yang dibumbui konflik personal dan cinta segitiga antar karakter utamanya, padahal target penonton utama serial yang diadaptasi ke US jadi Power Rangers ini  adalah anak-anak! Tapi menurutku, bukan itu kekuatan utama sutradara yang kerap tampil mengenakan topi hitam ini. Dia ahli menggabungkan hal-hal berbau etnis tradisional dan futuristik ke dalam karya-karyanya. Kombinasi tersebut bisa dilihat dalam Zeiram, Mirai Ninja, serta franchise yang masih on going hingga sekarang, Garo dan Gouraigan.


Hampir sama dengan Shotaro Ishinomori, kata kunci yang bisa disematkan kepada Keita Amemiya adalah: realm making