Powered By Blogger

Jumat, 13 Desember 2013

Secangkir Kehidupan

Dua orang sohib dekat, Budi dan Hafiz tengah asyik bercengkrama di ruang istirahat kantor saat istirahat siang. Keduanya tengah menyantap bekal yang sudah dibawa dari rumah, sambil menunggu dua kopi susu yang akan diantarkan oleh salah seorang OB.

Tak lama kemudian, dua cangkir yang berisi kopi tersebut tersaji tepat di hadapan mereka. Namun, ekspresi aneh ditunjukkan oleh sang pecinta kopi, Hafiz. Dia nampak mengernyitkan dahi, merasa keheranan dengan warna kopi yang sedikit lebih hitam daripada biasanya. Setelah sadar pesanannya tidak sesuai dengan yang ia inginkan, dia segera mencegah Budi untuk meminumnya, namun sayang....

"Anjrit pahit banget!" Budi menyemprotkan minumannya ke samping.

"Yah, mau bilang kalau ini bukan kopi susu".

"Ah, gimana sih mas Jamal?! Biasanya kan selalu bikin kopi susu, ini ada yang kurang ini gimana nih?!"

Hafiz pun berusaha menenangkan teman yang telah bersamanya sejak SMA tersebut. Namun nampaknya Budi masih kesal dan mengutuk mas Jamal. Seolah-olah, Budi tidak punya cara lain untuk memecahkan masalah selain menyesalkan sedikit kekeliruan yang dilakukan Jamal.

Sejenak kemudian, Hafiz mengajak Budi ke dapur.

"Bro-bro udahlah bro. Ayo kita ke pantry aja! Aku masih ada kreamer, gula, sama susu bubuk putih. Mumpung kopinya masih panas, ditambahi aja biar jadi lebih manis."

"Tapi bakal ada bubuk yang ga larut bro"

"Ya tinggal diaduk agak lama aja. Trust me, nanti bakal larut kok!"

"Yah..okelah bro"

Keduanya lalu bergerak menuju pantry untuk menambahkan beberapa sendok kreamer dan gula, agar kopi tersebut terasa lebih manis. Hidup pun kadang terasa seperti kopi hitam. Namun, bukan berarti kita tidak bisa menambahkan kreamer, gula, atau susu, kan?



ps: rasanya peribahasa "Nasi sudah menjadi bubur" hanya untuk mereka yang gampang menyerah. Bubur aja masih laku dijual kalau ditambah macem-macem lauk.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar