Powered By Blogger

Sabtu, 21 Mei 2011

Mendikte Tuhan?

Duh gusti...semoga tahun depan saya bisa dapet beasiswa ke Jepang di Universitas Tokyo!

Doa tersebut mungkin merupakan salah satu doa yang kita panjatkan ke Tuhan. Intinya hampir sama; kita sangat menginginkan sesuatu hal yang spesifik. Bahkan, detailnya pun kadang kita sampaikan juga ketika berdoa. Jadi lengkap deh, apa, siapa, kapan, dimana, mengapa, serta bagaimanannya (Wait...ini doa apa berita?):I

Pernahkah kita merenung? Apa yang sangaaaat kita inginkan sering bukan merupakan yang terbaik versi Tuhan? Sedangkan kita semua tahu kalau versi Tuhan itu merupakan versi yang terbaik bagi kita? Boleh saja kita berusaha maksimal meraih apa yang kita inginkan. Namun, apabila Tuhan sudah mempunyai jalan (yang pasti lebih baik), tentu kita tidak akan pernah meraih apa yang kita inginkan tersebut. Kecewa? Inilah perasaan pertama ketika kita tidak bisa meraih apa yang kita inginkan. Berburuk sangka kepada banyak pihak, termasuk Tuhan? Wah hal ini sudah parah!

Dalam melihat sesuatu, kita memang harus membiasakannya menggunakan hati, bukan kedua bola mata dan pikiran. Apa yang ada di depan kita kebanyakan selalu menipu. Sering kita menilai bahwa tempat kita berada sekarang (entah kampus x atau kantor perusahaan AD) bukan tempat kita seharusnya berada. Ada dua hal yang bisa kita telaah. Pertama, itu merupakan sebuah jalan lain menuju kesuksesan kita setelah berusaha semaksimal mungkin akan sesuatu hal (pengin jadi artis lah, pengin jadi dokter lah..dan lain-lain). Atau barang kali, hal itu adalah sebuah peringatan bagi kita untuk berusaha lebih keras lagi, karena mungkin dahulu kita kurang bersemangat dalam menghadapi hidup.

Ada sebuah pengalaman menarik dari penulis ketika hendak masuk ke universitas. Penulis sangat ingin masuk ke UNS Komunikasi dengan PMDK. Ya, itung-itung supaya deket dari rumah, plus ada prestis tersendiri (bisa masuk PMDK, wah bangga dong! :v)
Tapi, penulis gagal masuk PMDK UNS, karena jatah untuk Jurusan Komunikasi hampir tidak ada lagi. Selang beberapa hari, penulis mendapatkan kabar bahwa dirinya diterima di Komunikasi UGM. Jujur, pada awalnya penulis takut dan istilahnya, aras-arasen. Ngapain sih kuliah jauh-jauh? Di Solo aja lebih ekonomis! Lagi-lagi pertimbangan ekonomis yang jadi alasannya. Namun orangtua sudah rela penulis pergi ke Jogja menuntut ilmu. Ya sudah, semoga saja ada banyak hal yang bisa dipelajari di kota ini. Ternyata skenario Tuhan terhadap hidup hambanya itu sungguh manis, lebih manis daripada makhluk manapun di dunia ini. Banyak hal bisa penulis pelajari di kota Gudeg ini, tidak hanya terbatas pada bidang kajian Komunikasi saja. Kalau boleh me-list, beberapa diantaranya adalah kebudayaan Jepang, hubungan manusia, psikologi diri, serta cinta. Bayangkan, kalau dulu masih tetap ngotot kuliah di Solo, mungkin penulis akan menjadi orang yang lebih kolot lagi karena mata hati tidak terbuka lebih lebar.

Inti dari tulisan ini sebenarnya cuma satu; jangan pernah mengharap sesuatu yang sangat kau inginkan. Apabila tidak bisa mendapatkan, tentu rasa sakit hati gak akan ketulungan. Prinsip hidup mengalir serta ikhlas jauh lebih nyaman bagi kehidupan manusia. Dengan prinsip ini, apabila kita mendapatkan sesuatu yang sangat tidak diduga-duga (hal yang diinginkan),kita akan lebih mudah bersyukur. Ingat! Mengalir bukan berarti pasrah! Kita juga harus tetap berusaha meraih apa yang kita inginkan. Tuhan pasti punya cara tersendiri untuk mengabulkan keinginan hamba-Nya. Seperti kata pepatah, Man Propose, God Dispose.

(Terima kasih buat pak Sabda, serta teman-teman PSTV. Sebenernya saya hampir ga ikut survey lho kemarin. Tapi kalau ga ikut, ya tulisan ini ga akan lahir :v....Ah, betapa kerennya sang Pencipta hidup ini. Ada-ada saja skenario hidup yang pada akhirnya selalu bikin tertawa, meski kadang harus dilalui dengan cara-cara menyakitkan dahulu)

SEMOGA SAYA GA KUMAT LAGI....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar